TAZKIRAH: ISTIGHFAR

 TAZKIRAH : ISTIGHFAR


“ Saya takut kepada Allah. Saya tahu saya banyak buat perkara yang jahat dan salah yang kesemua itu melayakkan saya masuk neraka sahaja. Namun saya memohon keampunan daripada-Nya setiap hari...”

- Abdul Malik Abdul Aziz @ Mike Tyson

Maha Pengasih dan Penyayang Allah swt mengurniakan ibadah taubat dan istighfar kepada hambaNya yang amat banyak dosanya.


Setiap muslim memang telah biasa melafazkan astaghfirullahaladzim namun ramai yang tidak memperhatikan makna dari lafaz tersebut. 

Ghofaro sekurang-kurangnya mempunyai dua makna, pertama bererti menutup dan kedua bererti menggambarkan sejenis tumbuhan yang digunakan sebagai ubat. Oleh itu, jika seseorang berkata astagfirullah berarti ‘saya memohon Allah SWT menutupi dosa saya atau saya memohon Allah memperbaiki keadaan saya’.

Manusia tidak mungkin lari  dari melakukan kesalahan oleh itu pengucapan astagfirullah ini memohon agar Allah memperbaikinya. Allah sangat memyukai manusia meminta-minta agar diampuni Allah.  Rasulullah SAW menggambarkan seseorang yang ingin kembali kapada Allah itu disambut Allah. Allah sangat gembira dalam menyambutnya.

“Bagaikan seorang yang sedang berjalan di padang pasir, berisitirehat seketika, tiba-tiba untanya meninggalkan dia, sementara semua bekalnya ada pada unta tersebut. Dia bangun mencari untanya yang hilang hingga terasa putus asa. Tiba-tiba untanya datang. Dia sangat gembira, begitulah gambaran Allah itu lebih gembira dari itu,” kata Quraish Shihab dalam video bertajuk Shihab dan Shihab eps. 6 Istighfar di Channel Youtube Najwa Shihab

Jadi, jika seorang Muslim beristighfar, bererti Allah menutupi kekurangannya dan menutupi apa yang tidak ingin dilihat orang dari keburukannya. Selain menutupi, makna istighfar adalah memperbaiki. Allah memperbaiki dari semua banyak penyakit atau memperbaiki dari banyak kekurangan.

KH Ahsin Sakho, menjelaskan yang terpenting saat seseorang membaca istighfar itu adalah sentiasa merasakan bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT yang benar-benar berdosa sehingga nanti Allah SWT akan membuka pintu-Nya dan mengampuni dosa-dosanya. 

“Jika seandainya dosamu itu sampai ke mega langit, dan kamu meminta ampunan pada Allah SWT, Dia pasti akan terbuka mengampuni dosa-dosa hamba-Nya,” kata Kiai Ahsin dalam kajian live streaming, di Ahsin Sakho Center, Ahad (31/7/2022).

Kiai Ahsin menjelaskan, terdapat  pelbagai cara agar manusia bisa mendapatkan ampunan dari Allah SWT sehingga tidak diperkenankan bagi umat Islam untuk berlaku pesimis, dan tidak diperkenankan pula bagi manusia untuk menganggap dirinya tidak mempunyai dosa.

Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam untuk sentiasa beristighfar. Sebab Allah SWT telah berjanji bagi mereka yang beristighfar: 

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا 

Yang artinya: “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun.”  

Menurut Kiai Ahsin lagi, semua alam semesta itu akan merasa senang jika ada orang yang beristighfar kepada Allah SWT sehingga aalam itu akan bergerak memberikan kebaikan kepada orang yang sentiasa beristighar. 

Jika orang tersebut mendapat kesusahan, dianjurkan baginya untuk beristighfar. “Dan pintu langit akan terbuka akan menurunkan rahmat Allah, anugerah, dengan banyaknya harta. Bagaimana caranya? Pertama SWT, Allah menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, tumbuhan akan mengeluarkan padi-padian atau buah-buahan, kalau masyarakat sudah diberikan makanan dan minumannya, dia akan segar dan mencari pasangan

Salah satu yang menjadi elemen penting dalam berdoa dan berdzikir adalah Istighfar dan shalawat, yang mana keduanya tidak bisa dipertentangkan. 

Terdapat berbagai kisah tentang keajaiban dan keutamaan istighfar. Di antaranya kisah yang dituturkan oleh Syekh Ma’ruf al-Karkhi dengan sanad dari sahabat Anas ibnu Malik dan Ibnu Umar radhiyahhu anhu.

Kisah ini dinukilkan Fuad Abdurrahman, dalam “Hikayat Kejaiban Istighfar dan Shalawat Nabi”, diceritakan dalam sebuah riwayat sebagai berikut: 

قال رجل للنبي صلى الله عليه وآله: يا رسول الله علمني عملا لا يحال بينه وبين الجنة، قال صلى الله عليه وآله  لا تغضب، ولا تسأل الناس شيئا، وارض للناس ما ترضى لنفسك، فقال: يا رسول الله زدني قال: إذا صليت العصر فاستغفر الله سبعا وسبعين مرة تحط عنك عمل سبع وسبعين سيئة، قال: مالي سبع وسبعون سيئة، فقال له رسول الله: فاجعلها لك ولأبيك قال: مالي ولأبي سبع وسبعون سيئة؟ فقال له رسول الله صلى الله عليه وآله: اجعلها لك ولأبيك ولأمك

“Suatu waktu ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah SAW , kemudian dia bertanya, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah padaku amalan yang menjadikanku masuk surga karenanya.” 

Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu lantas bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak mampu (menahan amarah) ya Rasulullah.” 

Rasulullah SAW menjawab, “Hendaklah engkau beristighfar setelah sholat Ashar 70 kali, maka terampuni dosamu selama 70 tahun.” 

“Bagaimana jika aku tidak sampai melakukan dosa selama 70 tahun?” ujar lelaki  itu. Rasulullah menjawab, “Maka, diampuni dosa-dosa ibumu.” 

Seorang mujaddid abad 20, Syeikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi menyatakan bahwa salawat kepada Nabi Muhammad SAW juga merupakan sebahagian dari istighfar itu sendiri. 

Jika kita mengamalkan zikir dengan istighfar dan salawat sebanyak-banyaknya, maka berbagai keajaiban pun akan datang.

Fuad Abdurrahman mengupas tentang makna zikir, zikir yang disukai Allah, serta mengajak orang-orang yang beriman untuk selalu berzikir kepada Allah SWT. Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah SAW bersabda:  

“Hendaklah kalian memperbanyak zikir kepada Allah dalam apa jua keadaan  kerana sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dan lebih menyelamatkan seorang hamba dari setiap kejahatan di dunia maupun di akhirat selain dzikir kepada Allah.” (HR Ibnu Sharshari).    

Rasulullah SAW sendiri yang sudah dijamin masuk surga, juga beristighfar tidak kurang dari 70 kali dalam hari. Dalam Alquran Allah SWT juga berjanji bagi mereka yang sentiasa beristighfar kepada-Nya:

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, nescaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).” (QS Hud ayat 3)

Sangat banyak keutamaan dari beristighfar atau momohon ampun kepada Allah. Dalam buku “Hikayat Keajaiban Istighfar dan Shalawat Nabi” terbitan Republika, Penerbit Fuad Abdurahman mengungkapkan bahwa setidaknya ada 26 keutamaan istighfar dan taubat yang telah dihuraikan oleh para ulama.

KEUTAMAAN ISTIGHFAR:

1. Menggembirakan Allah SWT 

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

“Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan untanya yang hilang di padang pasir.” (HR Bukhari dan Muslim).

2. Dicintai Allah SWT. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman: 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencinta orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Al Baqarah ayat 222).

3. Dosa-dosanya diampuni. Imam Qatadah berkata, “Al Quran telah menunjukkan penyakit dan ubat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan ubat kalian adalah istighfar.”

4. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW

وَعَنْ أبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: وَاللهِ إَنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِليهِ فِي اليَومِ أَكثَرَ مِنْ سَبعِينَ مَرَّةً 

Abu Hurairah berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sungguh, aku minta ampun kepada Allah (istighfar) dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dan 70 kali.” (HR Bukhari).

5. Selamat dari api neraka 

6. Mendapat balasan surga

7. Mengecewakan syaitan

8. Membuat syaitan putus asa 

9. Menolak bencana dan meredakan azab

10. Mengusir kesedihan dan melapangkan kesempitan.

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa yang sentiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah).  

Beristighfar setelah sholat  memiliki keutamaan yakni pahala yang sangat besar, sebagaimana hadits Ibnu Hibban berikut ini:

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ، رَأَى فَتًى وَهُوَ يُصَلِّي قَدْ أَطَالَ صَلاَتَهُ، وَأَطْنَبَ فِيهَا، فَقَالَ‏:‏ مَنْ يُعْرَفُ هَذَا‏؟فَقَالَ رَجُلٌ‏:‏ أَنَا، فَقَالَ عَبْدُ اللهِ‏:‏ لَوْ كُنْتُ أَعْرِفُهُ لَأَمَرْتُهُ أَنْ يُطِيلَ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ، فَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ‏:‏ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي، أُتِيَ بِذُنُوبِهِ، فَوَضَعَتْ عَلَى رَأْسِهِ، أَوْ عَاتِقِهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ، تَسَاقَطَتْ عَنْهُ‏

Dari Jubair bin Nufair, bahwa Abdullah bin Umar melihat seorang pemuda sedang solat  dengan lamanya dan berlebih-lebihan, maka dia bertanya, “Siapakah yang kenal dengan orang ini?" Seorang lelaki berkata, “Aku." Abdullah bin Umar pun berkata, “Seandainya aku mengenalnya, tentu ku suruh dia melamakan ruku' dan sujudnya, kerana aku mendengar Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri solat , dosa-dosanya didatangkan lalu diletakkan di atas kepalanya atau bahunya. Setiap kali dia ruku' atau sujud, dosa-dosanya berjatuhan (hilang) darinya.” 

Beristighfar yang diulang sebanyak tiga kali juga memiliki keutamannya sendiri. Dalam  hadits disebutkan, Tsauban RA berkata: 

كَانَ رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً ، وَقَالَ : (( اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ )) قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ، أسْتَغْفِرُ الله . رواه مسلم

Apabila Rasulullah SAW selesai dari solatnya (solat  fardhu), beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan “Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroom, (ertinya: Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan). 

Ada yang bertanya pada Al-Auza’i, salah satu perawi hadits ini, “Bagaimana cara beristighfar?” Al-Auza’i menjawab, “Caranya membaca ‘astaghfirullah, astaghfirullah.  (Aku memohon ampun kepada Allah. Aku memohon ampun kepada Allah). 

Beristighfar sangat penting bagi seorang muslim bahkan setelah melaksanakan solat  lima  dan ibadah wajib lainnya seperti berhaji, tetap dianjurkan untuk beristighfar sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 199: 

ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak ('Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Mahapengampun, Mahapenyayang." 

Berzikir dengan istighfar atau memohon ampunan kepada Allah SWT  memiliki keutamaan dan keberkahan tersendiri. Hal ini disebutkan Allah dalam banyak firman Nya. 

Dalam Al Baqarah 199 dijelaskan, bahwa Allah akan mengampuni hamba-Nnya jika memohon ampun.

ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak ('Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Mahapengampun, Mahapenyayang."

Dalam Al Imran ayat 135 juga disebutkan, bahwa jika kita melakukan perbuatan zalim maka hendaknya segera mengingat Allah SWT untuk memohon ampun atas dosa-dosanya. 

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”

Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ghidza Al-Albab fi Syarh Mandhumat Al-Adab, Allah juga berjanji tidak akan menghukum orang yang telah beristighfar dan memohin ampunan. Dalam firman Allah, Al Anfal ayat 33:  

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” 

Sedangkan dalam hadith Rasulullah dijelaskan, Abu Musa mengatakan Rasulullah bersabda:  

كان لنا أمانان ذهب أحدهما ، وبقي الآخر
Allah akan menyelamatkan dua orang dari hukuman, salah satunya telah berpulang dan satu lagi adalah orang yang memohon ampun.” (Hadith Riwayat Imam Ahmad). 

Istighfar yang boleh mencegah dari azab adalah istighfar yang pelakunya boleh meninggalkan seluruh dosa. Adapun orang yang masih terus berbuat dosa, dan meminta ampunan dari Allah, maka istighfarnya tidak boleh lagi menghalangi dari azab.  Kerana al-maghfirah ertinya menghapus dosa dan menghilangkan bekasnya dan menjaga dari bahayanya. Tidak seperti yang disangka oleh sebahagian orang bahwa istighfar itu artinya menutupi, karena Allah menutupi dosa orang yang beristighfar kepada-Nya dan orang yang tidak beristighfar kepada-Nya.  

Maka hakikat istighfar yang benar adalah melindungi dari kejahatan dosa, darinya diambil nama al-mighfar penutup kepala di saat perang kerana melindungi kepala dari bahaya. Adapun menutupi termasuk dalam arti ini. Makanya, al-‘imamah ( sorban ) tidak dinamakan mighfaran begitu juga al-qab’ah ( kopyah ) dan sejenisnya, padahal fungsinya untuk menutupi.

Istighfar atau meminta ampun mempunyai manfaat yang sangat besar. Kisah dari Imam Ahmad dan penjual roti di bawah kisah yang sangat popular , sebagaimana dinukilkan dari Manaqib Imam Ahmad. 

Kisah Imam Ahmad dan Si Penjual Roti

Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. dimasa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?". (kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua).

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.

Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita " saya didorong-dorong sampai jalanan". Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".

Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir). Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan". Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi saw pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya). Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".

Imam Ahmad  kemudian bertanya "apa itu?". Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).

Sumber : manakib imam Ahmad



Comments

Popular Posts